Product Life Cycle Sorting

Product Life Cycle Sorting

What to do?

As a rookie, you will be divided into groups and given a list of different products. You have to determine the product’s life cycle based on the case study given and provide explanation why.
 
No
Brand Name
Description
Life Cycle
Explanation
1
Coca Cola
Coca-Cola memperkenalkan formula baru pertama kalinya dalam 99 tahun yang diberi nama "new Coke”. Tujuan dari produk ini semata-mata hanya untuk menghidupkan kembali merek Coca-Cola dan minuman cola di pasar terbesarnya, Amerika Serikat, tapi ternyata produk ini mengundang kehebohan dari para konsumen.
2
Gojek
Gojek punya strategi lokalisme dan storytelling untuk membedakan diri dari yang lain. Mereka juga memanfaatkan motor sebagai taksi yang cocok untuk atasin masalah macet di Indonesia. Gojek juga rajin mempromosikan brandnya lewat sosial media seperti twitter, facebook, dan website.
3
Pepsi Cola
Tahun 1893, Caleb Bradham membuat minuman penyegar di sebuah apotek bernama "Brad's Drink". Tiga tahun kemudian, dia kasih nama baru ke minuman ini, jadi Pepsin Cola. Nah, baru pada tahun 1898 Caleb mulai ngemas minuman ini dalam botol dan memasarkannya dengan nama Pepsi yang kita kenal sekarang. Tahun 1903, Caleb mendirikan perusahaan Pepsi-Cola Company.
4
Netflix
Selama 10 tahun, Netflix sudah jadi pionir di industri streaming, dan jumlah pelanggan mereka terus melejit. Tapi di tahun 2022, Netflix mengumumkan bahwa mereka kehilangan 200.000 pelanggan di kuartal pertama. Artinya, pertumbuhan Netflix mungkin mulai melambat karena ada banyak saingan baru dan kritikan tentang kebijakan yang kurang populer, kayak rencana keras mereka buat nindak orang yang ngasih password ke orang lain.
5
Nokia
Dengan keunggulan teknologi yang jauh lebih baik di sektor ponsel, Nokia akhirnya bisa jadi pemimpin pasar. Tapi, di tahun 2007, dua pemain besar, Apple dan Google, masuk ke bisnis ini dan mengubah aturan persaingan yang sudah ada. Fokus beralih ke software dan aplikasi. Sayangnya, budaya organisasi Nokia yang terlalu berhati-hati dalam mengambil risiko dan tertutup, nggak bisa merespon situasi ini dengan baik. Mereka butuh mencari inovasi baru secara terbuka dan kerjasama internal yang lebih baik. Akhirnya, Nokia kalah saing dan nggak lagi jadi pemimpin pasar seperti dulu.